31 Maret 2009

1.400 Umat Hindu Hadiri Puncak Nyepi di Bengkulu

. 31 Maret 2009
1 komentar

Bengkulu, (tvOne)

Sebanyak 1.400 umat Hindu di Provinsi Bengkulu menghadiri puncak Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1931 di Kemuning mercusuar Restro pantai Panjang Bengkulu.

"Acara semacam ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Provinsi Bengkulu, dan kami selaku panitia mengucapkan terima kasih atas dukungan bapak gubernur yang memprakarsai acara ini," kata ketua panita puncak perayaan nyepi 1931 saka, Ana Agung Nyoman, Senin (30/3/2009).

Acara puncak perayaan nyepi yang diselenggarakan di kawasan objek wisata Pantai Panjang tersebut dimulai jam 10:00 WIB diawali dengan suguhan Tari Barongsai dan Tari Kecak.

Acara dengan tema " Melalui perayaan Hari Raya Nyepi mari kita perkokoh kebersamaan guna mengatasi dampak krisis keuangan global dengan aktualisasi ajaran Tri Hita Karana" tersebut dihadiri oleh Gubernur Bengkulu, Kepala Kantor wilayah (Kanwil) Depag, Walikota Bengkulu dan tokoh-tokoh agama lainnya.

Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Provinsi Bengkulu, I Gede Karsana, menyambut baik acara puncak perayaan nyepi 1931 Saka karena acara tersebut dapat meningkatkan hubungan silaturahmi dan keakraban antara umat Hindu di Provinsi Bengkulu yang tersebar di Kabupaten dan Kota.

Menurut dia, umat Hindu yang hadir dalam acara puncak tersebut bukan hanya berasal dari Kota Bengkulu, tetapi juga datang dari Kabupaten Mukomuko, Kepahiang, Bengkulu Utara, Seluma, dan Kaur.

"Ini adalah ajang untuk bisa saling bersilaturahmi antara umat Hindu di Provinsi Bengkulu," katanya.

Selain itu, dengan momentum perayaan nyepi, menurut dia, dapat menumbuhkan rasa cinta kasih sayang antar sesama manusia, dengan mahluk hidup maupun hubungan dengan Sang Pencipta.

Selain acara puncak perayaan nyepi, sehari sebelumnya diadakan acara menanam pohon, kunjungan dan memberi bantuan ke panti sosial, dan kegiatan donor darah.

I Gede Karsana juga berharap perayaan semacam ini dapat dilaksanakan setiap tahun di Provinsi Bengkulu dan kepada Pemerintah dia juga berharap untuk bisa mengali potensi yang ada pada perayaan nyepi misalnya dengan menjadikanya `icon` pariwisata Bengkulu.

"Kita umat Hindu sangat mendukung program pemerintah, terutama yang berkaitan dengan program "visit indonesia year"," ujar dia.

Klik disini untuk melanjutkan »»

26 Maret 2009

Umat Hindu Tutup Nyepi Dengan Ngembak Geni

. 26 Maret 2009
0 komentar

BLITAR - Setelah menjalankan ajaran Catur Brata  Nyepi selama 24 jam, Jumat (27/3/2009) pagi, ratusan umat beragama Hindu melakukan persembahyangan Ngembak Geni (menyalakan api) atau kembali menjadi manusia baru, di Pura Penataran Agung Praba Buana di Dusun Tegal Rejo Desa Kendal Rejo Kecamatan Talun Kabupaten Blitar.

Dipimpin pangempon Pura Mangku Gede Supriyono, ratusan umat melakukan persembahan bebanten (sesaji) hasil bumi kepada Sang Hyang Widi Wasa.

Menurut keterangan Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Manajemen Parisada Hindu Darma Indonesia Ari Marjito, upacara Ngembak Geni merupakan rangkaian terakhir dari hari raya Nyepi.

"Setelah kita memadamkan api dalam Nyepi, dengan Ngembak Geni kita menyalakanya lagi. Ibaratnya kita menjadi manusia baru yang diharapkan bisa lebih baik dari sebelumnya," ujarnya.

Dalam persembahyangan, pendita memerciki Tirta Kekuluh dan bija atau beras yang ditempelkan pada dahi setiap umat.

Air dan beras ini sebagai perlambang anugerah dari Sang Hyang Widi Wasa. "Dan untuk anugerah itu, sebagai rasa syukur kita persembahkan bebanten atau sesaji," terangnya.

Setelah upacara Ngembak Geni, umat Hindu melakukan acara Sima Karma atau dalam agama Islam semacam silaturahim, yakni saling mengunjungi rumah antar umat.

"Dalam kunjungan ini biasanya dilakukan dengan makan-makan," pungkasnya. Seperti diketahui acara Ngembak Geni yang dimulai sekitar pukul 06.30 WIB berakhir sekira 09.15 WIB. (Solichan Arif/Koran SI/fit)

news.okezone.com

Klik disini untuk melanjutkan »»

Ratusan Umat Hindu Nyepi di Pura Adhitya Jaya

.
0 komentar

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekitar 400 umat Hindu di Jakarta memilih melakukan Nyepi, salah satu hari raya Hindu, di Pura Adhitya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (26/3).

Pasalnya, suasana di pura lebih kondusif untuk melakukan Nyepi dibandingkan di rumah mereka. "Di pura mereka lebih mendapatkan feel-nya. Mereka juga dapat melakukan perenungan dan evaluasi diri selama setahun belakangan dengan lebih tenang," ujar Brahmacarya Bhargawa Chaitanya kepada Kompas.com di Pura Adhitya Jaya.

Hal ini diakui Ayu (35), warga Jakarta Timur. "Nyepi di pura lebih tenang. Kalau di rumah suasana kurang kondusif," ujar Ayu yang sehari-hari bekerja sebagai pengasuh bayi ini.

Ayu beserta ratusan umat Hindu lainnya berada di sekitar pendopo dan halaman pura yang sangat rindang dan asri tersebut. Sebagian umat memilih tidur, membaca buku, serta bersemedi.

Menurut Brahma, Nyepi bersama dimulai sejak awal tahun 2001, yakni di pura Taman Mini Indonesia Indah. Waktu itu jumlahnya masih berkisar 100 orang.

Seiring berjalannya waktu, jumlah umat terus bertambah. Sementara itu, lanjut Brahma, malam ini mereka akan dibimbing untuk melakukan semedi bersama. Hari ini, umat Hindu melakukan empat pelatihan diri, yaitu tidak bekerja, tidak menyalakan api, tidak bepergian, dan tidak melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Klik disini untuk melanjutkan »»

23 Maret 2009

Rayakan Melasti, Umat Hindu "Serbu" Pantai

. 23 Maret 2009
0 komentar

DENPASAR, KOMPAS.com — Merayakan prosesi Melasti atau penyucian diri menyambut Hari Raya Nyepi, hari ini ribuan umat Hindu di Bali "menyerbu" pantai-pantai terdekat.

Ketua Satgas Pantai Kuta, I Gusti Ngurah Tresna, Senin, mengatakan, setiap tahunnya Pantai Kuta didatangi ribuan umat Hindu untuk mengadakan upacara Melasti.

"Sejak pagi hingga sore nanti Pantai Kuta dipastikan penuh dengan umat Hindu yang Melasti. Ini sudah menjadi tradisi," kata Ngurah Tresna.

Beberapa pantai yang diserbu para umat yakni di timur Pulau Bali seperti Pantai Sanur, Pantai Sindhu di Denpasar, Pantai Purnama, Pantai Rangkan, Pantai Gumicik di Gianyar dan barat Pulau Bali seperti Pantai Kuta, Pantai Legian, serta Pantai Seminyak di Badung.

Melasti adalah rentetan upacara yang diadakan sebelum Hari Raya Nyepi. Melasti bertujuan menyucikan diri sendiri dan alam semesta sehingga umat dapat dengan khyusuk menjalankan empat brata penyepian pada Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Kamis (26/3). Upacara Melasti biasanya diadakan di pantai terdekat.

Upacara Melasti yang diadakan di Pantai Kuta diikuti ribuan umat Hindu yang berasal dari sekitar kawasan Pantai Kuta hingga Kota Denpasar. Sebagian besar melakukan upacara Melasti sejak dini hari.

Namun, untuk desa adat Kuta sendiri Melasti baru diadakan pada sore hari sekitar pukul tiga sore. Di Desa Adat Kuta terdapat sedikitnya 13 banjar dengan 17 pura.

"Desa Adat Kuta melakukan Melasti pada sore hari bergantian dengan desa adat lain," kata Tresna.

Upacara Melasti yang melibatkan ribuan orang menyebabkan lalu lintas di sekitar Kuta macet. Parkir Kuta pun dipenuhi oleh truk-truk yang mengangkut umat yang hendak bersembahyang.

Upacara Melasti yang diadakan di Kabupaten Gianyar melibatkan ribuan umat Hindu dari beberapa desa yang berada di sekitar Pantai Selatan Gianyar. Akibatnya, jalan raya By Pass Ida Bagus Mantra mengalami kemacetan yang cukup panjang. Pasalnya, para umat berjalan menuju pantai dengan memotong jalan raya By Pass Ida Bagus Mantra.

Waktu untuk upacara Melasti diadakan berbeda-beda tergantung kebijakan desa adat masing-masing desa. Namun, sebagian besar upacara Melasti diadakan pada pagi hari sekitar pukul enam pagi.

Dengan melakukan persembahyangan bersama di tepi pantai maka para umat berharap mendapatkan kesucian dan ketenangan sebelum melakukan empat brata penyepian.

Klik disini untuk melanjutkan »»

02 Maret 2009

Umat Hindu Jayapura Wajib Gunakan Hak Pilihnya

. 02 Maret 2009
0 komentar

Umat Hindu yang berdomisili di Kota Jayapura, wajib menggunakan hak pilihnya dalam pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) pada tanggal 9 April mendatang.

Imbauan tersebut diungkapkan ketua Parisada Hindu Indonesia (PHDI) kota Jayapura, Komang, A. Wardana, kepada ANTARA di Jayapura, Minggu, di sela-sela kegiatan donor darah oleh umat sedharma Hindu.

Dijelaskannya, pemilihan umum (pemilu) 2009 diikuti oleh banyak partai dan banyak figur yang mencalonkan diri sebagai anggota legislative, untuk itu masyarakat Jayapura, khususnya yang sedharma Hindu, harus menentukan pilihannya sesuai dengan hati nurani masing-masing.

"Jangan memilih hanya karena janji dan pemberian yang diterima, tetapi sesuai nurani, karena pilihan itu menentukan nasib bangsa," urainya.

Ia menambahkan, Pemilu adalah hal yang sangat penting dalam menentukan arah pembangunan bangsa ke depannya, namun harus diingat yang tidak kalah pentingnya adalah, bagaimana menciptakan toleransi kehidupan antara umat beragama, serta kesejahteraan dan kehidupan yang penuh kedamaian dalam masyarakat.

"Sebagai umat beragama, kita juga harus menghargai pilihan orang lain, karena setiap individu mempunyai persepsi dan pilihan yang tidak sama," papar Komang. ant/pur

www.republika.co.id

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com