26 November 2009

Ikhtiar "Menghidupkan" Candi Ngempon

. 26 November 2009
0 komentar

Oleh Antony Lee

Bau dupa tercium keras di antara deretan Candi Ngempon di Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu (14/10). Sekitar 100 penganut Hindu, tua dan muda, dari berbagai daerah di Jawa Tengah masyuk mengatupkan kedua telapak tangan dan menempelkannya ke dahi. Sementara pinandita melantunkan petikan dharma gita, pujian kepada para dewata.

Sesajian yang terdiri dari unsur, bunga, buah, air, dan daun ditaruh di bagian undakan candi utama dan tiga candi perwara. Tidak lupa dupa turut dinyalakan, tiga batang untuk candi utama, dan masing-masing satu untuk candi perwara. Prosesi puncak dilakukan dengan mengelilingi candi, diawali pembawa obor dari ikatan daun kelapa kering, diikuti pembawa tepung tawar yang menaburkan tepung itu sambil berjalan.

Diikuti pembawa kentungan dan pembawa air suci serta pembawa pelepah kelapa. Mereka tiga kali mengelilingi kompleks candi. Putaran pertama untuk bio kala atau bio kawon yang bertujuan menyucikan kaki candi, sedangkan putaran kedua untuk durmanggala, menyucikan bagian tubuh candi. Putaran ketiga untuk prias cita, membersihkan bagian atas candi. Prosesi lantas dilanjutkan dengan doa bersama dan membacakan pupi-puji kepada para dewata.

Meparisudha itu diselenggarakan bertepatan dengan perayaan Galungan, hari besar umat Hindu, yang merayakan kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (keburukan). Kegiatan ini digagas bersama oleh Parisada Hindu Dharma Jateng dan Paguyuban Peduli Cagar Budaya Ratu Shima.

"Setelah meparisudha ini, Candi Ngempon sudah bisa dipergunakan beribadah untuk berbagai perayaan umat Hindu," tutur I Nyoman Wedu, Wakil Ketua Paguyuban Pinandita Jateng yang memimpin prosesi persembahyangan.

Kompleks Candi Ngempon seluas 2.500 meter persegi itu dipugar pada tahun 2006. Tahun 1951 warga sekitar menemukan tumpukan bebatuan di persawahan yang diperkirakan bebatuan candi. Lalu, temuan itu mulai digali pada tahun 1952.

Candi yang dipergunakan penganut Shiwais ini diperkirakan berasal dari masa Mataram Kuno, dibangun Wangsa Sanjaya pada abad VII atau VIII. Hampir seusia dengan Candi Gedong Songo di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Keberadaan candi yang semula tak terlalu mendapat perhatian karena letaknya cukup terpencil, antara persawahan dan sungai, itu mulai menjadi perhatian setelah pada akhir Juni lalu ditemukan petirtaan dalam kondisi nyaris sempurna sekitar 200 meter dari candi itu.

Pemandian air hangat itu juga diperkirakan berasal dari periode yang sama dan digunakan untuk bersuci sebelum memanjatkan doa di kompleks candi.

"Kami berharap dengan kembali difungsikan, Candi Ngempon bisa menjadi lokasi wisata religi sekaligus wisatawan juga tertarik untuk datang melihat prosesi di candi ini," tutur Ketua Paguyuban Peduli Cagar Budaya Ratu Shima, Sutikno.

Inisiatif semacam ini yang tampaknya sangat kurang dimiliki Pemerintah Kabupaten Semarang sehingga dimunculkan para pencinta benda cagar budaya. Sutikno meyakini, dengan mengemas tempat wisata menjadi semenarik mungkin dan dibalut kisah budaya lokal, akan banyak wisatawan yang datang.

Secara tidak langsung, geliat "kehidupan" dari candi ini akan memberikan sumber pencarian bagi penduduk sekitar, mulai dari lokasi parkir, penjual makanan kecil dan minuman, hingga penjual sesaji persembahyangan.

"Baru pertama kali beribadah di candi ini rasanya nyaman. Cukup sepi, walau tidak terlampau besar, tetapi dekat dengan rumah kami," tutur I Putu Arya Suyasa (44), umat asal Pringapus, Kabupaten Semarang, yang turut hadir.

Dan, peluang selalu akan terbuka setelah candi itu kembali "hidup"....

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/11/26/02532281/ikhtiar.menghidupkan.candi.ngempon

Klik disini untuk melanjutkan »»

19 November 2009

Hindu Youth Leadership Forum III

. 19 November 2009
0 komentar

Segenap pengurus Peradah DKI mengundang rekan-rekan sekalian dalam event: Hindu Youth Leadership Forum 3rd

Tema:"Diskusi Budaya Nusantara, Ada  Apa Dibalik Klaim Malaysia ?"

Waktu: Sabtu, 21 November,
Jam 10:00 - 16:00
Tempat: Kantor Perwakilan Pemprov Bali Jl.Cikini 2, Jakarta Pusat

Pembicara dalam Hindu Youth Leadership Forum 3rd  sebagai berikut:
I . Laksamana Pertama (Purn) Mulyo Wibisono M.Sc   
(Beliau adalah pengamat social politik, militer dan pernah menjabat sebagai kepala BAIS (Badan Inteligen Strategis) dan sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB)

II.  ‪ Permadi, SH‬   ( Beliau adalahTokoh Nasionalis dan Pemerhati Budaya yang sangat peduli terhadap kekayaan Budaya Nusantara, sangat responsif terhadap isu-isu     klaim budaya nusantara oleh pihak asing. Beliau juga pernah menjabat sebagai Anggota DPR-RI periode 1999-2003 )

III. Ketut Suratha Arsana, SPsi    (Beliau adalah Penggiat aktifis dan pemuda hindu. Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia)

Dibuka oleh: Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata DKI Bpk Arif Budhiman

Dengan terselengaranya kegiatan ini mudah-mudahan dapat menambah rasa peduli kita kepada budaya kita yaitu budaya indonesia, dan kita dapat memproteksi diri dari hal-hal yg akan mengakibatkan budaya kita ini di ambil / di hak milikan negara lain.
Powered by Telkomsel SmartPhone

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com