03 Mei 2010

Menanggapi 'Baghawatgita' di Kolom Djoko Suud

. 03 Mei 2010

Jakarta - Saya tidak berminat untuk mengomentari opini Bapak Djoko Suud Sukahar terkait susno dan institusinya. Sebagai sebuah opini, setiap orang, termasuk Pak Djoko berhak dan sah-sah saja menulis sesuai pandangan, referensi dan motif pribadinya. Bahwa ada pihak yang setuju, percaya, atau sebaliknya, itu lain hal dan terserah masyarakat.
 
Saya hanya concern pada salah satu alinea dalam tulisan Pak Djoko yang mengutip dan menginterperatasikan Bhagavadgita (Pak Djoko menulisnya Baghawatgita), salah satu kitab yang termasuk dalam kitab Veda, kitab suci umat Hindu. Saya ingin menyampaikan keberatan saya karena Pak Djoko mengatakan Bhagavadgita sebagai "kidung mistis perangsang nafsu agar Arjuna tega membunuh Karna, kakaknya".

Bagi saya, interpretasi itu terlalu simplistis, dangkal, menyesatkan dan bahkan ngawur. Saya yakin Pak Djoko sudah membaca kitab Bhagavadgita, dan saya yakin pula bahwa Pak Djoko bisa menangkap sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih mulia dari sekedar penggambaran yang dibuat dalam kolom opini itu.
 
Bhagavadgita merupakan salah satu kitab Veda yang paling termasyhur dan paling banyak dibaca, baik oleh umat Hindu maupun masyarakat umum dari berbagai aliran/agama. Kutipan-kutipan sloka Bhagavadgita telah dimasukkan sebagai bahan pidato yang dibacakan di podium-podium sejak Mahatma Gandi, Nehru, Soekarno, Megawati dan banyak lagi pemimpin dunia. Bhagavadgita telah mengilhami jutaan manusia untuk bekerja keras, jalan karma, sebuah jalan yang disediakan Tuhan untuk menuju kepadaNYA. Sebuah jalan dari Tuhan yang maha kasih, dari Tuhan yang melampaui egoisme--IA tidak mensyaratkan ketundukan total sebagai satu-satunya syarat untuk mencapaiNYA, ia menyediakan jalan yang sesuai dengan hakikat manusia yaitu bekerja.
 
Bhagavadgita tidak mengajarkan peperangan, tapi mengajarkan jalan kerja, jalan karma, sesuai kewajiban. Bila seseorang memilih menjadi prajurit dan negara diserang, maka berperang untuk membela kebenaran adalah hal yang mulia. Tapi demikian, tidak ada dalam keseluruhan Veda, termasuk Bhagavadgita, yang mengajarkan umat manusia untuk memerangi manusia lain hanya karena perbedaan keyakinan.
 
Karena berpegang pada Bhagavadgita ini, orang Hindu di Bali tidak membakar satu-pun tempat suci umat lain ketika bom berkali-kali meluluhlantakkan bangunan dan mata pencaharian mereka. Ajaran Bhagavadgita tentang etos kerja, tentang pengendalian diri, tentang yoga inilah yang membuat umat Hindu tidak memiliki sejarah murka. Umat Hindu percaya, hanya dengan melakukan kebaikan seseorang dapat memperoleh kebaikan. Dan itu diajarkan oleh Bhagavadgita, kitab yang secara serampangan disebutkan sebagai "kidung mistis perangsang nafsu agar Arjuna tega membunuh Karna" oleh Pak Djoko Suud.
 
Saya yakin, umat Hindu hanya akan melihat tulisan Pak Djoko itu sebagai ketidaktahuan, atau paling dalam sebagai kegelapan pikiran, avidya. Tapi saya dapat membayangkan, kalau Pak Djoko menginterperetasikan kitab suci agama lain dengan cara demikian, mungkin besok akan ramai, dan mungkin sekali Pak Djoko akan disomasi, didemo, bahkan darahnya disebut-sebut siap tumpah. Saya harap, dan saya percaya sekali, kali ini tidak akan sampai demikian. Saya meyakini, kitab itu suci atau kotor bukan karena penilaian Pak Djoko, atau penilaian yang lain. Suci atau kotornya kitab itu inheren didalam dirinya, dan dicerminkan dari perilaku pengikutnya.
 
Saya berharap suatu saat saya memiliki waktu untuk bertemu dengan Pak Djoko untuk membahas lebih jauh tentang Bhagavadgita (kidung suci) ini. Karena Bhagavadgita juga mengajarkan bahwa bekerja sesuai kewajiban adalah salah satu jalan menuju Tuhan, saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan harapan semoga Pak Djoko senantiasa sehat sehingga dapat terus bekerja, produktif menulis, tentunya menulis sesuatu yag positif, dengan cara yang positif. Semoga Pak Djoko semakin bijaksana dan tercerahkan.
 
 
Shanti
 
*) I K Budiasa, Sekretaris Eksekutif Daksinapati Institute, Sekretaris Forum Alumni Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (FA KMHDI) DKI Jakarta

http://www.detiknews.com/read/2010/05/03/094726/1349889/103/menanggapi-baghawatgita-di-kolom-djoko-suud

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.
Redaksi

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com