10 Juni 2010

Di Balik Rencana Perhelatan Festival Seni Sakral Hindu Nasional

. 10 Juni 2010

TIDAK sulit mencari rumah Sunarto di Jalan Parang Kusumo, Kampung Tegalrejo, Kelurahan Sondakan, Solo. Sebab, nama Sunarto tidak asing di telinga warga sekitar. Maklum, dia adalah ketua RW di permukiman yang berlokasi di belakang pusat pertokoan Purwosari tersebut.

Kesan pertama yang tertangkap saat bertemu ketua panitia Festival Seni Sakral Hindu itu, senyumnya lebar. "Mangga, silakan duduk di dalam," ujarnya sembari mengulurkan tangan tanda perkenalan.

Begitu masuk rumah, langsung tercium bau lembut wewangian. Rupanya, bau itu berasal dari dupa yang tertancap pada pura kecil di sana. Beragam tanaman jenis anthurium menambah keasrian rumah ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) tersebut.

Sejenak berbasa basi, pria berambut putih itu segera bercerita tentang awal mula Solo dipercaya sebagai tuan rumah festival tersebut. Padahal, penganut Hindu di Solo sedikit. Menurut dia, gagasan itu muncul sejak 1971. Namun, karena banyaknya kendala, terutama dana, gagasan tersebut tak kunjung terwujud. "Gagasan itu kali pertama tercetus di Palembang. Namun, ide tersebut tak kunjung terealisasi karena anggarannya sangat besar," ungkap bapak lima anak itu.

Untuk menghelat festival tersebut, papar dia, panitia harus berpatokan pada desa, kala, dan patra. Desa berarti tempat, kala adalah waktu, dan patra merupakan kondisi atau biaya. Syarat desa dan kala tentu bisa ditemukan di banyak daerah. Yang jadi kendala adalah patra. "Muncul ide menghelat acara itu di Jawa Timur. Namun, daerah yang ditunjuk tidak punya anggaran untuk menyelenggarakannya," terang dia.

Akhirnya, dia bertekad memboyong festival tersebut ke Solo. Untuk itu, dia berupaya meyakinkan Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI. Ternyata, responsnya positif. Kementerian Agama bahkan siap membantu dengan mengucurkan anggaran.

"Di keraton, banyak juga upacara dan gelar tradisi lain yang menggunakan sesajian mirip dengan yang dilakukan oleh umat Hindu. Itulah yang membuat saya merasa bisa menyinkronkan budaya tersebut," tutur kakek 12 cucu tersebut.

Tujuan Festival Seni Sakral Hindu, lanjut dia, adalah melestarikan budaya. Menurut dia, makin sedikit orang yang peduli terhadap kebudayaan sendiri. "Justru orang asing yang melestarikan kebudayaan kita," katanya.

Festival itu, papar dia, akan dimeriahkan oleh sepuluh kontingen. Tiap kontingen beranggota 50 orang, meliputi warga dan seniman Hindu. Mereka berasal dari Bali, Jakarta, Makassar, Palembang, Lombok, dan daerah lain.

"Tema yang kami angkat adalah Dewi Saraswati. Dia sosok dewi ilmu pengetahuan. Kami ingin memberikan pesan kepada masyarakat bahwa dengan ilmu pengetahuan manusia akan lebih beretika dan tiap langkahnya selalu mengandung estetika," ucapnya. (nan/jpnn/c11/soe)
sumber: http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=138651

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar Anda.
Redaksi

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com